LIPUTAN6.
Sebelumnya, kecelakaan udara sering disebabkan oleh kerusakan teknis, salah satunya dikaitkan dengan desain asli pesawat. Misalnya, pesawat yang terletak di pesawat adalah otak utama dari beberapa orang yang tidak beruntung, karena itu menyebabkan tekanan udara yang tidak rata dan pada akhirnya menyebabkan kecelakaan.
Seiring waktu, dalam penelitian dan pengembangan teknologi, mereka membantu mengurangi jumlah insiden melalui proyek yang lebih aman dan lebih efektif, misalnya, menggunakan jendela oval. Namun, tragedi pesawat hari ini berlangsung dengan banyak alasan lainnya.
Contoh tragis adalah insiden terbaru yang terkait dengan pesawat udara Jeju di Bandara Internasional MUA di Korea Selatan, menewaskan 179 dari 181 orang. Penyebab pasti kecelakaan ini masih diperiksa, tetapi beberapa faktor awal mencurigai serangan burung.
Meskipun teknologi masih berkembang, faktor alam dan tantangan teknis masih menjadi ancaman di dunia penerbangan. Di bawah ini adalah kecelakaan paling tragis dalam sejarah, dilaporkan oleh LIPUTAN6.com dari Siakap Keli, Kamis (2 Januari 2025).
Insiden tragis yang melibatkan penerbangan MH17 Malaysia Airlines pada 17 Juli 2014 menjadi salah satu kecelakaan udara paling mengerikan dalam sejarah. Dalam kejadian ini, semua 298 penumpang dan kru kehilangan nyawa mereka.
Boeing 777 pesawat terbang dari bandara Amsterdam-Schiphol di Belanda ke Kuala Lumpur. Namun, pada ketinggian 30.000 kaki dibandingkan dengan area konflik di Ukraina timur, pesawat ditembak jatuh oleh peluru bumi ke udara.
Tragedi ini membawa kesedihan yang mendalam bagi keluarga para korban dan komunitas internasional, serta peringatan tentang pentingnya manajemen risiko penerbangan di bidang konflik. Sejauh ini, insiden MH17 masih merupakan simbol kerja sama global untuk memastikan keamanan penerbangan sipil.
Sementara itu, tragedi sial pada 3 Maret 1974, sebagai akibatnya semua 346 penumpang dan kru meninggal. Kecelakaan ini mencakup 981 pesawat Turkish Airlines, yang diperkirakan akan terbang ke Bandara Heathrow di London dari Bandara Yesilköy Istanbul.
Pesawat itu diperkirakan akan berhenti di Bandara Orly di Paris. Namun, pesawat itu jatuh di hutan Ermenonville, yang terletak di dekat Paris.
Kolis Antara Arab Arab SV763 dan Kazakhstan Airlines 1907 menyebabkan kematian semua 349 penumpang dan kru.
Dua pesawat bertabrakan dengan pesawat Kazakhstan pada ketinggian yang salah karena kurangnya pengetahuan pilot dalam penggunaan bahasa Inggris dalam instruksi ATC (Air Savings Control). Kedua pesawat bertabrakan dan meledak di udara, dan kemudian jatuh di daerah pertanian yang ditinggalkan.
Tragedi pesawat yang paling mengerikan terjadi pada 12 Agustus 1985. Kecelakaan itu mencuri 520 nyawa dari 524 penumpang dan kru. Pesawat Jepang JA8119 menikam bagian belakang Osutak dan dibakar karena hilangnya kontrol pada ketinggian 23.900 kaki.
Meskipun kru mengendalikan pesawat pada ketinggian 6600 kaki dan mengangkatnya kembali 13.400 kaki, tetapi akhirnya pesawat kembali dengan dorongan tajam, menyebabkan tabrakan tragis.
Kecelakaan penerbangan Jeju pada hari Minggu (29 Desember) di Bandara Internasional Muan di Korea Selatan menewaskan 179 dari 181 orang, termasuk. Penyebab pasti kecelakaan ini masih diperiksa, tetapi beberapa faktor utama telah ditetapkan.
Pemogokan burung adalah alasan yang mungkin untuk salah satunya. Diduga bahwa serangan burung menyebabkan kerusakan pada sistem kontrol hidrolik, sehingga pilot tidak dapat secara manual menguranginya untuk waktu yang singkat.
Menurut Times, kecelakaan ini merupakan pengingat tragis tentang pentingnya keselamatan penerbangan dan kebutuhan untuk penilaian komprehensif terhadap faktor -faktor yang dapat mempengaruhi pengoperasian penerbangan, termasuk risiko serangan burung dan desain bandara.
Comments are closed