Kesenjangan Digital di Layanan Kesehatan, Ratusan Puskesmas Belum Punya Akses Internet

LIPUTAN6.com, Jakakarta Indonesia masih menghadapi tantangan dalam layanan kesehatan yang adil, termasuk digitalisasi. Rintangan adalah kesenjangan akses internet, yang mencegah digitalisasi sistem kesehatan di berbagai daerah.

Data menunjukkan bahwa 745 Puskesmas atau sekitar 7,18% dari Puskesma di Indonesia belum memiliki akses internet. Jadi 14,91% lainnya masih mengalami kesulitan menghubungkan ke Sistem Kesehatan Digital Nasional.

Masalah ini biasanya ada di Puskesma di daerah dalam kesulitan, lebih jauh dan terpencil. Kondisi -kondisi ini membuat batasan di internet pada struktur perawatan kesehatan akibatnya sulit untuk terhubung ke sistem integrasi nasional, seperti Satuitat dan BPJS Health.

Akibatnya, staf medis belum mencatat dan mengelola data secara manual, yang berpotensi menghambat efisiensi layanan kesehatan.

Menurut kantor utama untuk transformasi digital Kementerian Kesehatan (Kemensks), Setiadi menggarisbawahi pentingnya infrastruktur digital yang adil untuk meningkatkan kualitas layanan kesehatan.

“Situasi ini menunjukkan perlunya infrastruktur digital yang adil untuk menjangkau seluruh masyarakat, tidak hanya di kota -kota besar, tetapi juga di daerah terpencil,” kata Setiazhi dalam sebuah seminar berjudul Koneksi Kota Cerdas dengan “Inkuisisi Digitalisasi Infrastruktur Kesehatan untuk ‘ Indonesia Gold 2045, yang diadakan di Fibrstar, berkolaborasi dengan National Association of Information Entrepreneurs dan Communication Technology (Aptikicas) beberapa waktu lalu. 

Selain akses ke Internet, menghadapi tantangan lain adalah kurangnya sumber daya dan dukungan untuk infrastruktur, termasuk perangkat yang memadai dan staf medis yang dilatih dalam sistem digital.

Sekitar 60.000 karyawan dan dokter medis di Indonesia belum mengelola data secara manual, yang memperlambat proses layanan.

Upaya untuk meningkatkan pendekatan digital ke sektor kesehatan terus dipandu oleh berbagai sisi, juga melalui penggunaan teknologi satelit untuk area yang sulit dijangkau dari jaringan serat optik. Salah satu perusahaan yang juga berperan dalam mendukung digitalisasi layanan kesehatan adalah Fibertar yang memiliki program kesehatan di Starwalks.

Melalui inovasi, kesehatan dukungan lama dalam pasokan solusi untuk lembaga kesehatan di daerah yang sulit dijangkau.

Teknologi ini diterapkan pada proyek percontohan di Sukabumi, Jawa Barat. Sekarang, teknologi berkembang, termasuk Sulawesi, Calimantan dan Indonesia Timur.

Divisi Divisi Asuransi Layanan Pelanggan, Fiberstar, Wisnu Wardhana mengungkapkan bahwa Fiberstar menggunakan teknologi Starlink untuk menyediakan koneksi internet yang stabil dan tepat untuk Puskesma di area 3T (tidak menguntungkan, jauh dan pemimpin).

“Fiberstar pasti akan mencapai Indonesia yang maju, kita harus memiliki manusia yang sehat untuk mempromosikan infrastruktur digital di daerah terpencil negara itu. Fibertar telah menyarankan penggunaan Starlink untuk daerah yang tidak dapat diterima dengan serat optik,” kata Visnu Vardana.

Dengan teknologi ini, lembaga kesehatan dapat terkait dengan sistem integrasi nasional seperti Shausht dan BPJS Health, yang memungkinkan efektivitas yang lebih besar dalam layanan medis.

Setiadi juga berharap bahwa berkolaborasi dengan Fiberstar dapat mendukung peningkatan kualitas kesehatan di Indonesia, terutama di wilayah 3T.

Inovasi teknologi yang ada harus membantu pusat kesehatan dan lembaga perawatan kesehatan mengintegrasikan data, mempercepat layanan dan meningkatkan akses ke kesehatan masyarakat.

 

Selain itu, Wisnu mengatakan bahwa Starwell Health menyajikan beberapa keuntungan, termasuk platform web, layanan farmasi dan laboratorium terintegrasi, pendaftaran pasien yang efisien dan pengembangan kecerdasan buatan, tanda tangan elektronik dan e-rifle.

“Fungsi ini akan sangat berguna dan akan membuat pengguna lebih mudah daripada aplikasi ini,” katanya.

CATEGORIES:

Kesehatan

Comments are closed

Latest Comments

No comments to show.
PAY4D gbk99