Punya Potensi Besar, Ini Sulitnya Kembangkan Ekonomi Syariah di Indonesia

LIPUTAN 6.com, Jakarta – Tidak ada rahasia lain, memiliki kemampuan besar untuk mengembangkan ekonomi Islam di Indonesia. Ini adalah alasan karena berbagai alasan, salah satunya adalah populasi Muslim terbesar di dunia Indonesia. 

Menteri Negara -Malicon -under -Venture (Burma) Sekretaris Robin Indrajad Hatari menjelaskan bahwa 87,2 persen dari populasi Indonesia adalah Muslim. Ini tentu saja merupakan kemampuan yang hebat untuk pengembangan ekonomi Islam.

Pada hari Selasa (1/3/220), Ekonomi Syariah dan Keuangan di Robin Jakarta mengatakan, “Semuanya merupakan fondasi yang kuat untuk mengubah negara kita menjadi pusat ekonomi Syariah dunia.”

Peluang ini dapat dilihat dari peluang besar kelas menengah, pengembangan pasar kesehatan dunia, serta Jakat, Infaac, Sadaka dan Endowments.

Robin menjelaskan bahwa semua faktor ini memberikan dasar yang kuat bagi Indonesia untuk membangun pusat ekonomi Islam dunia.

Namun, ia menerima adanya banyak tantangan, seperti melek huruf ringan dan inklusi ekonomi Islam, kurangnya inovasi produk dan layanan Syariah, serta dimasukkannya sumber daya manusia yang terbatas (SDM) di bidang ini.

Infiltrasi perbankan Islam masih rendah di Indonesia, yang hanya 6,87 persen, jumlah terendah dari negara -negara Muslim lainnya.

Literasi ekonomi Islam naik menjadi 39,11 % berdasarkan survei National Literacy and Economic Injury (SNIC), sementara inklusi ekonomi Islam hanya 12,88 persen.

Itu berarti 39 dari 100 orang tahu tentang keuangan Islam, tetapi hanya 12 yang secara aktif menggunakan produk keuangan Islam.

Robin menambahkan, “Ini adalah hambatan yang harus kita atasi bersama

 

Masalah lain dengan tidak adanya produk dan layanan Syariah yang inovatif. Persaingan dan inovasi dalam industri ekonomi Islam masih lebih buruk daripada industri ekonomi tradisional. Produk keuangan Islam menunjukkan lebih sedikit inovasi, harga tinggi dan jaringan kantor lebih sedikit.

Juga, hambatan sumber daya manusia di sektor keuangan Islam juga terganggu. Penelitian telah menunjukkan bahwa 90 persen organisasi Islam memiliki latar belakang pendidikan di perbankan Islam atau Islam, yang mencegah pengembangan lembaga keuangan Islam.

Robin memberi contoh pengalaman Bank Islam Indonesia (BSI), yang menghadapi masalah bagi para profesional keuangan Islam yang berbakat.

Untuk mengatasi tantangan ini, pemerintah Indonesia telah mengembangkan strategi ekonomi dan ekonomi Islam dengan beberapa pilar utama.

Pengembangan inklusi ekonomi Islam melalui literasi dan pendidikan masyarakat yang berkembang dalam tahap strategis, pengembangan produk dan layanan Syariah yang inovatif dan penggunaan teknologi digital.

 

Misalnya, BSI mencoba memanfaatkan teknologi digital untuk memenuhi kebutuhan dunia yang berkembang.

“Strategi ini memiliki banyak pilar besar dengan melek ekonomi dan inklusi ekonomi Islam. Bagaimana Anda melakukan ini? Kami akan membuat orang menyadarinya,” jelasnya.

“Kami mengembangkan produk dan layanan Syariah yang inovatif dan mudah diakses dan kami menggunakan teknologi digital,” kata Robin pada akhirnya.

Reporter: IU 

Sumber: Merdeka.com

CATEGORIES:

Bisnis

Comments are closed

Latest Comments

No comments to show.
PAY4D gbk99